Naskah Khutbah Idul Adha 2013 M /1434 H
Kisah Teladan Keluarga Nabi Ibrahim AS
(Mustangin, S.Pd.I di Masjid Sukamulya Banyumas)
KHUTBAH PERTAMA:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ
اَكْبَرْ (3×)
اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ
الله بُكْرَةً
وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُُ اَكْبَرْ اللهُ
اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ
اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Di
pagi hari yang penuh barokah ini, kita berkumpul untuk melaksanakan shalat
‘Idul Adha. Baru saja kita laksanakan ruku’ dan
sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan
nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas
keagungan Allah. Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa
arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan
relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung.
Tiada yang patut di sembah kecuali Allah.
Karena itu, melalui mimbar ini saya mengajak kepada diri
saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian: Marilah tundukkan kepala dan
jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat
keangkuhan dan kecongkaan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT.
Sebab apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah.
Betapapun perkasanya kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat.
Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam
genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, dimana
kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka
semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian
ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan
nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat
dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri
kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
لَبَّيْكَ
اللّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
Disamping
Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena
merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri
artinya dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT, diberikan kepada fuqoro’ wal masaakiin.
Masalah
pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa
yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar.
Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya
Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka
ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon
pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi
Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang
menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu
tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya
sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima
perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.
Seperti
yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum
hingga tidak bisa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil
lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba
Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi
Ismail memperoleh sumber kehidupan.
Lembah
yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air yang melimpah-limpah.
Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama para pedagang ke tempat Siti
Hajar dan Nabi Ismail, untuk membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru,
dan makmurlah tempat sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal
dengan kota mekkah, sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim
dan berkat kecakapan seorang ibu dalam mengelola kota dan masyarakat. Kota
mekkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini,
sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.”
Allah
berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara, kemudian
aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat kembali.”
(QS. Al-Baqarah: 126)
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Dari
ayat tersebut, kita memperoleh bukti yang jelas bahwa kota Makkah hingga
saat ini memiliki kemakmuran yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru
dunia, memperoleh fasilitas yang cukup, selama melakukan ibadah haji maupun
umrah.
Hal
itu membuktikan tingkat kemakmuran modern, dalam tata pemerintahan dan ekonomi,
serta keamanan hukum, sebagai faktor utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan.
Yang semua itu menjadi dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT.
Semua kemakmuran tidak hanya dinikmati oleh orang Islam saja. Orang-orang yang
tidak beragama Islam pun ikut menikmati.
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul
Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari cara
memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling
berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan
Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah
anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Ibnu
Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi
Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman
dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan
putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat
lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan
tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam
Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :
Artinya:
Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai
bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar.” (QS
As-shaffat: 102).
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah.
Iblis datang menggoda sang ayah, sang
ibu dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi
Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan
niatnya. Bahkan siti hajarpun mengatakan, : ”jika memang benar perintah
Allah, akupun siap untuk di sembelih sebagai gantinya ismail.” Mereka melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi
dan Iblispun lari
tunggang langgang. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji
yakni melempar jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah yang dilaksanakan di
mina.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Menyaksikan
tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia
itu, Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga
dengan membawa seekor kibasy sebagai pengganti Ismail untuk disembelih,
kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang
kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Inilah
sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini. Allah Maha
pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup
binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu,
kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong
sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu banyak
berfikir. memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum
menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih
keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu
melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita
kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat
Allah SWT.
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul
Adha ini adalah, bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah
taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah
memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk
dimintai pertanggung jawaban.
Tepatlah
apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah hati kita untuk berkorban bagi
negeri atau daerah kita tercinta. Terlebih lagi beberapa hari lagi desa kita
akan mengikuti lomba desa Peningkatan Peran
Perempuan Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P3KSS) tingkat Provinsi Lampung, Kita tidak hanya cukup
bangga desa kita mewakili kabupaten pringsewu, tapi kita juga harus mau andil
berkurban waktu, tenaga, fikiran bahkan dana
untuk mensukseskannya. Dan kita jangan hanya berbangga masjid kita
dibangun mewah dengan saran megah, kalau kita hanya berpangku tangan tanpa
mengeluarkan apa-apa untuk membiyayainya. Sebab pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam
sejarah umat manusia itulah yang membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul
yang besar, dan mempunyai arti besar.
Akhirnya dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap,
berusaha dan berdoa, mudah-mudahan kita
semua, para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya
mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan
dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara. Kendatipun perjuangan itu
tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa
lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan ini dengan
sebaik-baiknya.
أعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA :
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا
وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً
وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ
اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ
تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ
اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ
الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ
وَاعْلِ كَلِمَاتَكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ
عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ
اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ
مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى
عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ
عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Dengan ilmu hidup akan terarah
BalasHapusdan dengan ilmu hidup akan mudah