Total Tayangan Halaman

Sabtu, 20 Agustus 2011

ISLAM DAN PROBLEMANTIKA REMAJA (By: Mustangin)


Pendahuluan
Segala puji hanyalah milik Allah tidak ada serikat bagi-Nya, kepada-Nyalah kita beribadah dan hanya kepada-Nya pula kita memohon pertolongan. Solawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad bin ‘Abdullah, para sahabat dan orang-orang yang senaniasa mengikuti jejaknya hingga hari kiamat. Allah swt menciptakan makhluknya tidak lain untuk mengabdi dan beribadah hanya kepada-Nya.
Perkembangan tehnologi yang semakin cepat dan tepat menjadikan semakin besar tantangan yang harus dihadapi oleh generasi muda yang ingin mempertahankan idiologinya. Generasi harapan islam ini —dekade 2004— banyak yang digiring kepada nilai-nilai materialis sehingga sebagian mereka menjadikan uang adalah segala-galanya dan hal ini pula diantara faktor intern yang menghambat regenerasi ummat islam yang handal.
Allah swt berfirman,
Artinya, “biarkanlah mereka (di dunia) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan, maka kelak mereka akan mengetahui akibat perbuatan mereka”.
Maka seyogyanya mereka yang mengetahui akan hal di atas untuk menahan diri dari mengikuti mereka yang akan membawa kepada kesengsaran dan menjadikan masa mudanya sibuk untuk mempersiapkan diri sebagai generasi penerus. Allahu A’lam

Sekilas Fiqih Remaja Tentang Baligh
Secara bahasa balig artinya matang , jadi orang yang baligh adalah orang yang telah sampai pada usia kematangan. Dan menurut disiplin ilmu usul fiqh adalah kelayakan seseorang untuk mendapatkan hak dan kewajiban-kewajiban yang Allah dan rasul-Nya tetapkan.
Di antara ciri-ciri seorang itu telah balig atau dikatakan dewasa adalah:
1. Seorang anak telah mimpi basah (bagi laki-laki) dan haid (bagi wanita).
2. Jika ia telah berumur 15 tahun, imam asy Syafi’I mengatakan, jika seseorang telah bermimpi atau berusia 15 tahun, maka ia dihukumi seorang yang telah balig.
3. Jika telah tumbuh rambut.
Allah swt membebankan kepada hambanya untuk melaksanakan perintah yang Ia turunkan kepada Nabi-Nya tentunya sesuai dengan kemampuan masing-masing,
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا
“Allah swt tidaklah membebankan kepada jiwa melainkan sesuai dengan kemampuannya”
Maka sejak seseorang balig, seluruh apa yang ia perbuat masuk dalam catatan (apakah termasuk dosa atau kebaikan) ketika itu ia dibebani untuk melaksanakan perintah dan menjauhi seluruh larangan yang bersumber dari al qur’an atau dari sunnah nabawiyah. Rasulullah saw bersabda, diriwayatkan dari Kholid dari Abu Dhuha.

رَفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنِ الْمَجْنُوْنَ حَتَّى يَعْقِلَ
Artinya, “pena itu terangkat (tebebbas dari dosa) dari tiga golongan, seorang yang tidur hingga ia sadarkan diri, serang anak hingga ia berusia balig dan dari sigila hingga ia waras”.

Pergaulan Bebas
Sesungguhnya islam beserta ketentuan hukumnya telah sempurna, itulah bukti kasih sayang Allah swt kepada hamba-hambanya, seandainya dunia dan seisinya tidak ada aturan dan hukum ……terlebih manusia, niscaya mereka akan terjerumus dalam lembah hewani. Islam itu ibarat pagar yang memagari para pemeluknya agar tidak terpeosok dalam jurang kehinaan. Dan Allah swt telah memudahkan al qur’an untuk dipelajari hingga Allah menyebutkan empat kali dalam kitab-Nya pada satu surat yang sama,
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
Artinya, “dan sungguh telah Kami jadikan al qur’an itu mudah untuk dipelajari, maka adakah yang mau mengambil pelajaran”.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kami (Allah) telah memudahkan makna alqur’an ini bagi siapa saja yang mau mempelajarinya dan mudah untuk dibaca. Bahkan Ibnu abbas —radhiallahu anhu— mengatakan, seandainya Allah swt tidak memudahkan bagi lisan anak adam (untuk membacanya), tidak ada seorangpun dari makhluk-Nya yang mampu mengucapkan kalamullah. Hanya saja siapakah yang memiliki keinginan untuk mempelajarinya.

Contoh Pergaulan Bebas
1. Mengikuti mode
Abu Al ghifari mengatakan, menurut kamus besar Indonesia mode berarti ragam, cara, bentuk yang baru pada suatu waktu, corak, hiasan dan sebagainya. Umumnya mode dikaitkan dengan pakaian atau potongan rambut, namun perkembangan selanjutnya mode banyak mengarah kepada perilaku. Mode itu sendiri bersifat temporer, suatu mode akan hilang dengan sendirinya seiring dengan munculnya mode baru, maka remaja yang tidak memiliki tolak ukur dalam norma-norma kehidupan, ia akan mengikuti terus kemana mode itu berkembang meskipun harus masuk dalam mulut buaya.
Rasulullah saw bersabda,
Artinya, “sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan para pendahulu kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga walaupun mereka masuk dalam lubang biawak pun kalian akan mengikutinya, lalu para sahabat bertanya: apakah mereka itu yahudi dan nasrani ? rasulullah menjawab: jika bukan mereka siapa lagi ?
Demikianlah keadaan ummat ini jika meninggalkan para pendahulunya.
2. Pacaran
Menurut kamus besar bahasa indonesia (edisi ketiga 2002), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap, yang memiliki hubungan berdasarkan cinta kasih, berpacaran adalah bercintaan dan brkasih-kasihan, memacari adalah mengencani menjadikan ia sebagai pacar.
Kata pacar sendiri berasal dari nama sejenis tanaman hias yang cepat layu dan mudah disemai kembali, tanaman ini tidak memiliki nilai ekonomis (murahan) sehingga tidak dijualbelikan. Hal ini mengisyaratkan bahwa pacaran bukan dari islam dan termasuk perilaku yang tidak bernilai, jika suatu waktu ia telah puas maka ia akan dengan mudahnya beralih kepada pacarnya yang baru dan terjadilah apa yang dikatakan putus cinta. Allahu A’lam

Benarkah Cinta Problem Remaja ?
Ketika kita mendengar kata cinta, mungkin secara langsung teringat hal-hal yang indah (bagi yang belum dikecewakan) sedih atau trauma (bagi yang menjadi korban cinta). Ungkapan ini, sekilas dapat dibenarkan namun juga bisa disalahkan. Kepada remaja ABG, cinta itu tidaklah buta karena tidak bermata dan tidak tuli karena tidak bertelinga, pada dasarnya cinta itu pasif dan akan aktif sesuai dengan cara manusia mengaktifkannya. Jika cinta itu hinggap di mata manusia tidak beriman ia akan merubah mata menjadi mata keranjang, jika cinta itu hinggap di hati orang-orang yang bersahabat dengan syetan ia akan menjelma menjadi birahi dan menjadilah ia budak nafsu.
Imam Ibnul Qoyyim berkata, pangkal (mabda’) dari seluruh aktivitas dan gerakan manusia adalah cinta (mahabbah) dan keinginan (irodah). Cintalah yang mendorong dan mengarahkan manusia untuk memilih jenis amal perbuatannya.
Cinta adalah cinta, cinta tidak bisa didifinisikan, karena semakin didifinisikan maka akan semakin jauh dari makna yang sebenarnya, karena yang menjadi pembicaraan paling-paling seputar sebab-sebab, konsekwensi, tanda-tanda, buahnya atau pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Hanya yang merasakannya saja yang tahu apa hakekat cinta itu tapi susah untuk di ungkapkan, maka amat tepatlah perkataan seorang penyair :
لاَيَعْرِفُهَا إِلاَّمَنْ ذَاقَهَا
"Tidak ada yang mengetahuinya kecuali bagi yang telah merasakannya".
Cinta tidak selalu memberikan manfaat bagi manusia, adakalanya cinta malah menjeremuskan manusia pada lubang kehinaan dan kenistaan bahkan dia tidak bisa merasakan hakekat kenikmatan dari cinta tersebut dalam hidupnya, malah menyebabkan pecinta terperosok dalam kesengsaraan dan penderitaan yang tidak berkesudahan karena cintanya hanya didasari hal-hal yang semu lagi fana dan dibangun diatas kedustaan itulah cinta palsu.
Cinta yang sejati adalah cinta yang terpuji dan bermanfaat. Ia akan membawa pecinta kepada hakekat kenikmatan yang sebenarnya dan memberikan manfaat bagi pecinta di dunia dan akherat.
Cinta adalah sesuatu yang fitri dalam hati manusia, ia merupakan santapan hati dan kesenangan jiwa. Dengan materi-materi yang terkandung didalamnya cinta akan memberikan bagi pelakunya: gairah hidup, kelembutan, kasih sayang, kedekatan hati, kebahagiaan, suka cita, kesedihan, kesusahan, rindu, kehilangan, menangis, tertawa, dan lain-lain yang serupa dan inilah yang menjadikan hidup manusia menjadi lebih hidup.
Atas nama cinta, yang susah menjadi mudah, yang berat menjadi ringan, lama menjadi cepat, jauh menjadi dekat, jelek menjadi indah, dan yang cela menjadi baik. Bahkan dengan sepenuh hati ia akan menyerahkan diri kepada yang di cintai sampai tidak menyisakan untuk dirinya sendiri :
حُبٌكَ الشَّيْئِ يُعْمِي وَ يُصِمُّ ( رواه أبو داود و أحمد )
Artinya: “Cintamu kepada sesuatu akan membuatmu buta dan tuli”.
Cinta itu terbagi menjadi dua,
Pertama, cinta yang terikat yang meliputi:
1. Cinta yang menjadi tabiat manusia seperti seorang lapar menyukai akan makanan.
2. Cinta kasih sayang seperti kecintaan ayah kepada anaknya suami kepada istrinya
3. Cinta karena sebuah pergaulan (ramah tamah dan kegembiraan)
Kedua, cinta yang bersifat khusus yang hanya diperuntukkan kepada Allah swt. Inilah yang terdapat dalam firman-Nya,
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا للهِ
Artinya, “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”.
Tanda-Tanda Munculnya Cinta
1. Menghunjamkan pandangan mata.
2. Malu-malu jika orang yang dicintai memandangnya.
3. Banyak mengingat orang yang di cintai, membicarakan dan menyebut namanya.
4. Tunduk kepada perintah orang yang dicintai dan mendahulukannya daripada kepentingan diri sendiri.
5. Orang yang mencintai bersabar menghadapi gangguan orang yang dicintai.
6. Memperhatikan perkataan orang yang dicintai dan mendengarkannya.
7. Segera menghampiri yang dicintai.
8. Mencintai apapun yang dicintai kekasih.
9. Mencintai tempat dan rumah kekasih.
10. Jalan yang dilalui terasa pendek sekalipun panjang saat mengunjungi orang yang dicintai.
11. Salah tingkah jika dikunjungi atau mengunjungi orang yang dicintai.
12. Kaget dan gemetar tatkala berhadapan dengan yang dicintai atau ketika namanya disebut.
13. Cemburu kepada yang dicintai.
14. Berkorban untuk mendapatkan keridhoan yang dicintai.
15. Menyenangi apapun yang menyenangkan yang dicintai.
16. Suka menyendiri.
17. Tunduk dan patuh kepada yang dicintai.
18. Helaan napas yang panjang dan lebih kerap entah karena susah, sedih atau gembira.
19. Menghindari hal-hal yang meregangkan hubungan dengan yang dicintai dan membuatnya marah.
20. Adanya kecocokan antara yang mencintai dan yang dicintai.
Idola Remaja
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
Dari Anas bin Malik:
أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النّبََِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ :" مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ :" مَا أَعْدَدْتَ لَهَا ؟" قَالَ :" مَا أَعْدَدْتُ مِنْ كَثِيْرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ" قَالَ :" أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ"
“Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rosulullah, kapankah hari kiamat itu ya Rosululah? Rosulullah bertanya kepada orang tersebut: “Apa yang telah engkau persiapkan untuknya? “Lelaki itu menjawab: Aku tidak mempersiapkan untuknya dengan banyak sholat, puasa dan tidak pula banyak shadaqah. Tetapi aku mencintai Allah dan Rosul-Nya. Maka beliau bersabda: “Kamu akan dibangkitkan bersama siapa yang kamu cintai”.
Idola seseorang bisa dikatakan sebagai cermin pribadi seseorang, jika ia mengidolakan seorang yang soleh, maka orang akan mengatakan ia juga soleh begitu pula sebaliknya. Rasulullah saw bersabda,

اْلمَرْؤُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
Artinya, “pribadi seseorang sesuai dengan din kekasihnya, maka lihatlah dengan siapa kamu berkawan”
Seorang penyair berkata,
قُلْ لِيْ مَنْ تُصَحِّبْ أَقُوْلُ لَكَ مَنْ أَنْتَ
Artinya, “katakan kepadaku siapa kawanmu, saya kan katakan siapa dirimu”.

Cinta Kepada Allah
Ibnul Qayyim menyebutkan ada sepuluh perkara yang akan menghantarkan manusia untuk meraih kecintaan Allah. Yaitu :
1. Membaca dan mentadaburi Al Qur`an.
2. Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan sunnah.
3. Berdzikir kepadaNya dengan hati, lisan dan amal perbuatan.
4. Mendahulukan kecintaan kepadaNya daripada kecintaan diri sendiri walaupun berat tantangannya.
5. Mentadaburi asma` dan sifat Nya.
6. Merenungi kebaikan dan anugerah Allah yang di berikan kepada kita.
7. Bersimpuh total di hadapan Nya.
8. Bermunajat (menyendiri) dengan Nya di sepertiga malam yang terakhir.
9. Duduk bersama orang-orang sholih, berbicara dan beramal yang bermanfaat.
10. Menjauhi semua hal yang menjauhkan hati dengan Nya.
Selanjutnya jika hati telah tertambat pada si pujaan hati… malam terkenang, makan tak sedap tidur pun tak nyenyak adakah solusi dari semua itu ???
Imam Ibnu Jauzy Al Baghdady berkata: “Ketika nafsu seseorang memuncak maka alangkah baiknya ia melaksanakan beberapa hal:
1. Menjauhi hal-hal yang membangkitkan nafsu hewani.
2. Shiyam.
3. Nikah.

Penutup
Perlu kita fahami bahwa cinta yang di ridhoi Allah swt adalah cintanya seorang terhadap apa yang dicintai Allah swt, itulah cinta yang sejati yang tidak akan pernah mengundang kepada kemaksiatan dan kerusakan, Allah swt berfirman,
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ {31} قُلْ أَطِيعُوا اللهَ وَالرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
Artinya, “Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.
Abu Darda’ berkata: “maksud mengikuti rasul dalam ayat ini adalah ikut di atas kebajikan, taqwa, tawadhu’, dan rendah hati di antara kaum muslimin secara teori dan praktek.
Dan cinta kepada Allah akan membuahkan hasil dan pengaruh dalam ibadah, rasulullah saw bersabda,
ثَلاَثٌ مَنْ كُنٌ فِيْهِ وَجَدًَ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ أََنْ يَّكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِمٌا سِوَاهُمَا وَ أَنْ يُّحِبٌ المَرْءُ لاَ يُحِبٌهُ إِلاٌ ِللهِ وَ أَنْ يَّكْفُرُهُ أَنْ يَّعُوْدَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُّقْذَفَ فِي النٌَارِ
Artinya, “Tiga hal, jika terdapat pada diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman ; hendaknya Allah dan Rasul Nya lebih dicintai dari selain keduanya. Mencintai orang lain semata-mata karena Allah dan benci kembali kepada kekufuran seperti kebenciannya dilemparkan kepadalam api neraka”.
Dan marilah kita senantiasa berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:

اللهٌمَّ إنٌي أَسْأَلُكَ حُبٌكَ وَ حُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَ الْعَمَلَ الٌذِيْ يَبْلُغُنِيْ حُبَّكَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ وَ أَهْلِيْ وَ مِنَ الْمَاءِ البَارِدِ
“Ya Allah, aku memohon cinta Mu, juga cinta orang-orang yang mencintai-Mu, juga amalan yang mengantarkanku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu sebagai sesuatu yang lebih aku cintai dar
ipada diriku sendiri, keluargaku, dan daripada air yang sejuk.
Referensi
1. Al Qur’an Alkarim
2. Tafsir Al Qur’am al ‘adhim, al maktabah al asriyyah, Ibnu Katsir
3. Tafsir Ad Durrul Mantsur, Darulfikr, Jamaluddin As Suyuti.
4. Shohih Al Bukhori
5. Sunan abu Dawud
6. Sunan At Tirmidzi
7. Musnad Ahmad bin Hambal
8. Aunul ma’bud syarh sunan Abu Dawud
9. Tahdzib Madarijus Salikin, Abdul Mun’im Shalih al-Izzi.
10. Al qoulu mufid ‘ala kitabi at tauhid, Muhammad bin sholeh al utsaimin
11. Pacaran yang islami, Abu Ghifari
12. Ilmu ushul fiqh, Abdul Wahhab Khollaf
13. Kamus al munjid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar