Total Tayangan Halaman

Sabtu, 26 Juli 2014

KHUTBAH IDUL FITRI 1435 ( SENIN 28 JULI 2014) Oleh Khotib: ( MUSTANGIN, S.Pd.I ) Masjid Jami' Baitul Muttaqin Sukamulya

KHUTBAH IDUL FITRI 1435 H
KEMENANGAN  RAMADHAN
( SENIN 28 JULI 2014) Oleh Khotib: ( MUSTANGIN, S.Pd.I )

اللهُ أَكْبَرُ 9 كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرُ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ، وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ، وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، اللهم فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِ الْكِرَامِ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا ،
 أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن
وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ.

Hadirin jama’ah shalat id yang dimulyakan Allah.
Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil, berkumandang diseluruh penjuru dunia, tidak peduli dalam kondisi dan situasi apapun, secara ikhlas dikumandangkan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang yang dijanjikan oleh Allah bagi kaum muslimin yang telah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :
وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُاللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
زَيِّنُوْا اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْر
“Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”
Marilah kita selalu meningkatkan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah: dengan jalan melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjahui semua yang dilarangan-Nya.
Hadirin jama’ah shalat id yang dimulyakan Allah.
Seiring dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan. Banyak hikmah, faidah dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan yang akan datang. Terlebih telah menjadi sejarah besar bagi bangsa Indonesia di Ramadhan ini telah terpilih seorang Presiden dari hasil demokrasi kita. Jika bisa diibaratkan, Ramadhan adalah sebuah madrasah penggemblengan terhadap dua perkara, yaitu hawa nafsu dan hati.
1.Hawa Nafu.
Dalam diri setiap manusia terdapat nafsu, seperti nafsu ammarah, nafsu ingin menang sendiri dan nafsu syahwat. Semua nafsu ini selalu mengarah dan mengajak kepada keburukan. Karena itulah Allah dan RasulNya memerintahkan agar selalu berjuang keras untuk menahan dari keinginan hawa nafsu,terutama pada bulan ramadhan. Seorang mujahid terbesar adalah seorang mampu berjuang atau berjihad melawan diri sendiri ( اَلْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ هَوَاهُ ).
Imam Ghazali mengatakan bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan.
Pertama, sifat kebinatangan (بَهِيْمَةْ); tanda-tandanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu.
Kedua, sifat buas (سَبُعِيَّةْ) ; tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Sebagaimana pembantaian yang terjadi disepanjang sejarah  kepada saudara-saudara muslim kita di Gazza Palestina.
Ketiga sifat syaithaniyah; tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia. Dia hanya mau berkumpul dan berjamaah kalau dia pimpinannya. Dia mau berjuang kalau ada imbalannya dan selalu mencibir keberhasilan orang lain. Pada bulan ramadhan kita dilatih dengan mendengarkan banyak nasehat dan latihan mengamalkan perintah Allah.
Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah (رُبُوْبِيَّةْ); ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan. Orang yang dapat dengan baik mengoptimalkan sifat rububiyah di dalam jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an, prilakunya dihiasi budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah).
Hadirin jama’ah shalat id yang dimulyakan Allah.
Yang digembleng di Roamadlan selanjutnya adalah Hati.
2.Hati
Hati memiliki kedudukan yang sangat penting karena baik dan buruknya seseorang sangat tergantung pada bagaimana keadaan hatinya, bila hatinya baik, maka baiklah orang itu dan bila hatinya buruk, buruklah orang itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلاَ إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Ingatlah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, baiklah anggota tubuh dan apabila ia buruk, buruk pulalah tubuh manusia. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu hati harus kita perlakukan dengan baik dalam kehidupan ini.
Pertama, hati harus dibuka dan jangan sampai kita tutup. Yang menutup hati biasanya orang-orang kafir sehingga peringatan dan petunjuk tidak bisa masuk ke dalam hatinya, Allahsubhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ  خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عظِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS Al-Baqarah [2]:6-7)
Kedua, hati dibersihkan. Hati akan terkontaminasi oleh kotornya dosa-dosa, sehingga kita dianjurkan untuk memohon ampun dan bertaubat dari dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
التاَّ ئِبُ مِنَ الذَنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa (HR. Thabrani).
Hati yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa, karena dosa adalah kekotoran yang membuat manusia menjadi hina.
Ketiga, hati dilembutkan. Hati menjadi keras karena lalai pada perintah Allah dan lalai dari mengingat Allah / berdzikir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ تُكْثِرُواالْكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلاَمِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ, وَإِنَّ أََبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللهِ الْقَلْبُ الْقَاسِى
Janganlah kalian banyak berbicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah. Karena banyak bicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah akan membuat hati keras. Sementara manusia yang paling jauh dari Allah adalah yang hatinya keras (HR. Tirmidzi).
Untuk bisa melembutkan hati, kita bisa melakukannya dengan banyak cara, di antaranya menyayangi anak yatim dan orang-orang miskin. Dalam satu hadits disebutkan:
أنَّ رَجُلاً شَكَا إلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ: إِمْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيْمِ وَ أَطْعِمِ الْمِسْكِيْنِ
Seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seraya melaporkan kekerasan hatinya, maka beliau menasihatinya: “Usaplah kepala anak yatim dan berilah makanan kepada orang miskin” (HR. Ahmad).
Karena itu, amat disayangkan bila ada orang yang hatinya keras bagaikan batu sehingga sulit untuk diberi nasihat dan peringatan sebagaimana yang terjadi pada Bani Israil.
Keempat, hati harus disehatkan. Hati yang sehat adalah hati yang mempunyai iman yang sempurna kepada Allah, sedangkan hati yang sakit ada sifat kemunafikan dalam hati
Kelima, hati ditajamkan. Hati yang tajam adalah hati yang memahami perintah Allah dan RasulNya. Dalam keadaan apapun ingin selalu melaksanakan perintah dan mencintai Allah dan RasulNya. Dari tidur sampai tidur kembali mengusahakan agar semua aktifitas sehari-hari menjadi bernilai ibadah disisi Allah.
Hadirin jama’ah shalat id yang dimulyakan Allah.
Setelah satu bulan kita menunaikan ibadah puasa, kini tiba saatnya hariraya Idul Fitri, hari yang penuh kebahagiaan dan kemenangan bagi kita semua ummat Islam yang telah memenuhi kewajiban berpuasa pada bulan ramadhan.
Namun sebelum hari idul fitri diperintahkan membayar zakat fitrah. Abdullah bin Umarradahiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ زَكَاةَ الفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ اَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى العَبْدِ وَالحُرِّ وَالذَّكِرَ وَالأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ وَالكَبِيْرِ مِنَ المُسْلِمِيْنَ
Artinya : Zakat fitrah pada bulan ramadhan adalah 1 sha’ kurma atau 1 sha’ gandum, wajib bagi seorang hamba sahaya dan yang merdeka, laki-laki dan perempuan, orang dewasa dan anak-anak dari kaum muslimin (HR Bukhari dan Muslim)
Untuk apa kita diperintah menunaikan zakat fitrah ? Zakat fitrah ini merupakan kunci pembuka dan penyempurna agar ibadah puasa ramadhan kita diterima oleh Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
شَهْرُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَا ءِ وَالأَرْضِ وَلاَ يُرْفَعُ اِلَى اللهِ اِلاَّ بِزَكَاةِ الفِطْرِ
Artinya : Bulan ramadhan tergantung diantara langit dan bumi, dan tidak akan diangkat kehadapan Allah, kecuali dengan zakat fitrah (HR Ibnu Syahin).
Waktu pelaksanaannya sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ زَكَاةَ الفِطْرِ طُهْرَةٌ للِصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِوَالرَّفَثِ وَطُعْمَةٌ لِلْمَسَاكِيْنِ فَمَنْ اَدَّهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَ مَنْ اَدَّهَا بَعْدَالصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ
Artinya : Zakat fitrah adalah pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan perkataan yang kotor, dan sebagai hidangan bagi orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat Ied maka ia termasuk zakat fitrah yang diterima, dan barangsiapa yang menunaikan sesudah shalat Ied, maka ia termasuk sedekah biasa (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)
Selanjutnya kita akan memasuki suasana di luar bulan ramadhan, maka bagaimana kita tetap berusaha menjadikan kita selalu didalam ampunan Allah dan dalam usaha tetap menjaga ketaqwaan kita kepada Allah. Allah SWT berfirman:
وَسَارِ‌عُوا إِلَىٰ مَغْفِرَ‌ةٍ مِّن رَّ‌بِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْ‌ضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْ‌ضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّ‌اءِ وَالضَّرَّ‌اءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun sempit dan dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)
Manusia tingkatan I, menafkahkan harta dalam masa lapang dan sempit
Manusia tingkatan II, menahan amarah pada ada orang yang berbuat salah kepada kita,
Manusia tingkatan III,  manusia ini tidak hanya mampu menahan amarahnya ketika ada orang lain yang berbuat salah kepadanya tetapi dia mampu dengan ikhlas mau memaafkannya.
Manusia tingkatan IV, (yang paling mulya dan disukai oleh Allah subhanahu wa ta’ala) , yakni manusia yang bukan sekedar mampu menahan amarah, atau mampu memaafkan kesalahan orang lain, tetapi lebih dari itu, manusia tersebut mampu berbuat baik kepada orang yang pernah melakukan kesalahan kepadanya.
Hadirin jama’ah shalat id yang dimulyakan Allah.
Dalam satu hadits disebutkan bahwa shalat dan puasa belum cukup membawa seseorang ke surga sampai dadanya bersih dari dendam, hatinya penyayang, dan berbelas kasih terhadap sesama.
Janji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang patut untuk direnungkan. Beliaushallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda,  “Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaknya dia bersilaturrahim, niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah umurnya dan Allah memasukkannya ke dalam syurga yang dijanjikan-Nya.” (HR. Ar-Rabii’)
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ ربِّهِ ونَهَيَ النَّفْسَ عَنِ اْلَهوَى فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ اْلمَأْوَى.جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ 



Khutbah Kedua
الله أكبر ×٧ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْواَنِهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِناَ وَشَفِيْعِناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا.   
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوااللهَ فِيْما أَمَرَ وَانْتَهَوْا فِيْماَ نَهَى وَزَجَرَ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ الله أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ
 بِقَوْلِهِ عَزَّ مِنْ قَائِل: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاَأيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ
 وَمَلَائِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اَللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ: أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيُّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَناَّ مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الراَّحِمِيْنَ. 
 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناَتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِماَتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْواَتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَواَتِ ياَ قاَضِيَ الْحاَجاَتِ
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السُّوْءِ عَلَيْهِمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
 الله أكبر عِبَادَ اللهُ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُربَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اكْبَرُ



Tidak ada komentar:

Posting Komentar