Secara tekstual Islam tidak menyatakan bahwa narkoba itu
hukumnya haram, akan tetapi melihat dampak penyalahgunaan dari narkoba itu
sangat membahayakan, lebih banyak madharatnya dari pada manfaatnya, maka Islam
memutuskan bahwa narkoba itu hukumnya haram. يسالونك عن الخمروالميسرقل فيهمااثم كبيرومنافع للناس واعهمااكبرمن
نفعهما
Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya
lebih besar dari manfaatnya.(QS. Al-Baqarah: 219).
Dari ayat di atas jelas bahwa khamr itu memabukkan dan hukumnya haram sedangkan
narkoba lebih bahaya dari khamr dan hukumnya lebih haram dari khamr. Narkoba
tidak hanya membuat orang menjadi mabuk tetapi dapat membuat orang yang
menyalahgunakan menjadi mati. Melihat bahanya narkoba melebihi khamr, maka
narkoba hukumnya adalah haram. كل مسكرخمروكل مسكرحرام
Setiap zat yang memabukkan itu kmar dan setiap zat yang memabukkan itu
haram.(HR. Abdullah Ibnu Umar)
Supaya berhasil dalam menerapkan manajemen kinerja ada kiat-kiat sebagai berikut
a. Sederhana, termasuk di dalamnya formulir penilaian yang isinya mudah dimengerti dan tata cara penilaian yang tidak berbelit-belit. Kesederhanaan ini penting untuk mencegah keengganan berbagai pihak yang akan menerapkannya.
b. Seminimal mungkin menggunakan dok-umen cetak karena di samping biaya, akan mengurangi kesan kesederhanaan manajemen kinerja.
c. Seminimal mungkin menggunakan waktu kerja. Hal ini terkait dengan dua butir pertama karena manajemen kinerja yang sederhana dan tidak banyak
Kedatangan agama Islam pada abad ke-7 M ke dunia dianggap oleh sejarawan sebagai pembangun dunia baru, kebudayaan serta peradaban baru. Selama lebih dari empat belas abad semenjak agama islam disebarkan Nabi Muhammad SAW., berkembang kesebagian belahan dunia dalam penyebaran bidangteologi monoteisme, bidang kehidupan individu, bidang kehidupan masyarakat dan kenegaraan. Semakain semarak ilmu pengetahuan berkembang terutama dalam bidang arsitektur, ilmu politik, ilmu sejarah, ilmu sosiologi, zoology dan lain sebagainya. Hingga pada apenyebaran tersebut memasuki wilayah nusantara yang merupakan cikal bakal Negara Indonesia.
Sejarah islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislaan, yang berbeda karakter dan sifat keberislaman dinegaranegara islam lainnya, terutama timur tengah. Islam indoneisa ternyata mampu berinteraksi dengan budaya local, seperti bentuk mesjid, tatacara yangmengiringi ritual keagamaan.
1
Contoh kecil adalah masjid Demak. Masjid Demak adalahperpaduan dari budaya local dengan masjid, demikian juga upacara sekaten di Yokyakarta setiap bulan Mulud adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan budaya local yang terpadu dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
BAB II
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
PADA ZAMAN KERAJAAN ISLAM
Dilaporkan oleh Ibn Batutah dalam bukunyaRihlah Ibn Batutah bahwa ketika ia berkunjung ke Samudra Pasai padatahun 1354 ia mengikuti raja mengadakanhalaqah setelahshalat Jum'at sampai waktu Ashar. Dari keterangan itu diduga kerajaan Samudra Pasai ketika itu sudah merupakanpusat agama Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dariberbagai negara Islam untuk berdiskusi tentang masalah-masalah keagamaan dan keduniawian sekaligus. [1]
Kedatangan agama Islam pada abad ke-7 M ke dunia dianggap oleh sejarawan sebagai pembangun dunia baru, kebudayaan serta peradaban baru. Selama lebih dari empat belas abad semenjak agama islam disebarkan Nabi Muhammad SAW., berkembang kesebagian belahan dunia dalam penyebaran bidangteologi monoteisme, bidang kehidupan individu, bidang kehidupan masyarakat dan kenegaraan. Semakain semarak ilmu pengetahuan berkembang terutama dalam bidang arsitektur, ilmu politik, ilmu sejarah, ilmu sosiologi, zoology dan lain sebagainya. Hingga pada apenyebaran tersebut memasuki wilayah nusantara yang merupakan cikal bakal Negara Indonesia.
Sejarah islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislaan, yang berbeda karakter dan sifat keberislaman dinegaranegara islam lainnya, terutama timur tengah. Islam indoneisa ternyata mampu berinteraksi dengan budaya local, seperti bentuk mesjid, tatacara yangmengiringi ritual keagamaan.
1
Contoh kecil adalah masjid Demak. Masjid Demak adalahperpaduan dari budaya local dengan masjid, demikian juga upacara sekaten di Yokyakarta setiap bulan Mulud adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan budaya local yang terpadu dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
BAB II
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
PADA ZAMAN KERAJAAN ISLAM
Dilaporkan oleh Ibn Batutah dalam bukunyaRihlah Ibn Batutah bahwa ketika ia berkunjung ke Samudra Pasai padatahun 1354 ia mengikuti raja mengadakanhalaqah setelahshalat Jum'at sampai waktu Ashar. Dari keterangan itu diduga kerajaan Samudra Pasai ketika itu sudah merupakanpusat agama Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dariberbagai negara Islam untuk berdiskusi tentang masalah-masalah keagamaan dan keduniawian sekaligus. [1]
2
Dengan demikian, Samudra Pasai merupakan tempatstudi Islam yang paling tua yang dilakukan oleh sebuahkerajaan. Sementara itu, untuk luar kerajaan,halaqah ajaranIslam diduga sudah dilakukan di koloni-koloni tempatpedagang Islam berdatangan di pelabuhan-pelabuhan. Proseshalaqah ajaran Islam yang dilakukan oleh Kerajaan Islam diduga dilakukan di masjid istana bagi anak-anak pembesarnegara, di masjid-masjid lain, mengaji di rumah-rumah gurudan surau-surau untuk masyarakat umum. Darihalaqah semacam itu nanti berkembang menjadi lembaga pendidikanIslam.
Setelah Kerajaan Samudra Pasai mundur dalam bidang politik, tradisi pendidikan agama Islam terus berlanjut. SamudraPasai terus berfungsi sebagai pusat studi Islam di Asia Tenggara,walaupun secara politik tidak berpengaruh lagi. Ketika kerajaan Islam Malaka muncul menjadi pusat kegiatan politik,Malaka berkembang juga menjadi pusat studi Islam. Akantetapi peranan Samudra Pasai sebagai pusat studi Islam tidakberkurang, bahkan kadang-kadang masalah yang tidak dapatdipecahkan oleh ulama Malaka dimintakan fatwanya kepadaulama Samudra Pasai. Kerajaan Malaka selain sebagai pusatpolitik Islam, juga giat melaksanakan perigapan dan pendidikan Islam. Belum didapatkan data bagaimana pendidikanIslam dilangsungkan. Besar kemungkinan, sebagaimana diSamudra Pasai, pendidikan Islam dilangsungkan di masjidistana bagi keluarga pembesar, di masjid-masjid, di rumah-rumah, serta surau-surau bagi masyarakat umum.
Istana juga berfungsi sebagai tempatmudzakarah masalah-masalah ilmu pengetahuan dan sebagai perpustakaan,juga berfungsi sebagai pusat penerjemahan dan penyalinankitab-kitab, terutama kitab-kitab keislaman.[2] Mata pelajaranyang diberikan di lembaga-lembaga pendidikan Islam dibagimenjadi dua tingkatan:
a.tingkat dasar terdiri atas pelajaran membaca, menulis,bahasa Arab, pengajian Alquran, dan ibadah praktis;
b.tingkat yang lebih tinggi dengan materi-materi ilmufiqih, tasawuf, ilmu kalam, dan lain sebagainya.
Banyak ulama mancanegara datang ke Malaka dari Afghanistan, Malabar, Hindustan, terutama dari Arab untuk mengambil peran dalam penyiaran dan pendidikan agama Islam.Para ulama itu biasanya diberi kedudukan tinggi dalam kerajaan. Para penuntut ilmu berdatangan dari berbagai negaraAsia Tenggara. Dari Jawa, Sunan Bonang dan Sunan Giri pernahmenuntut ilmu ke Malaka dan setelah selesai menjalam pendidikan agama, mereka mendirikan tempat pendidikan Islamdi tempat masing-masing.
Di kerajaan Aceh Darussalam, Sultan Iskandar Mudajuga sangat memerhatikan pengembangan agama denganmendirikan masjid-masjid seperti Masjid Bait al-Rahman diBanda Aceh dan pusat-pusat pendidikan Islam yang disebutdayah. Sultan mengambil ulama sebagai penasihatnya, yang terkenal di antaranya adalah Samsuddin al-Sumatrani. Tradisi ini dilanjutkan oleh sultan-sultan selanjutnya, sehingga diAceh terdapat ulama-ulama terkenal yang sangat berjasamenyebarkan ilmu pengetahuan Islam di Asia Tenggara.
Para ulama besar ini banyak berjasa mendirikan lembagalembaga pendidikan Islam sepertidayah berkembang menjadi semacam perguruan tinggi. Nuruddin al-Raniri dan Abd.Rauf Singkel adalah ulama-ulama yang mengajar di lembagapendidikan ini. Para penuntut ilmu yang datang dari luarAceh belajar kepada mereka seperti Syaikh Burhanuddinyang berasal dari Ulakan-Pariaman-Minangkabau. Setelahtamat is pulang dan mendirikan lembaga pendidikan Islamyang disebutsurau. Kemajuan pesat lembaga pendidikan diAceh ini telah menyebabkan orang menjulukinya sebagai"Serambi Makkah”.[3] Murid dari kerajaan lain belajar kepadaguru ngajinya masing-masing, kemudian meningkat belajarlebih tinggi di Aceh sesudah itu ke Makkah.
Samudra Pasai, Malaka, dan Aceh merupakan pusat-pusatpendidikan dan pengajaran agama Islam. Dari sinilah ajaran-ajaran Islam tersebar ke seluruh pelosok Nusantara melaluikarya-karya ulamanya serta murid-murid yang menuntutilmu ke sana, sebagaimana dengan Giri di Jawa Timur terhadap daerah-daerah Indonesia bagian Timur. Karya-karyasastra dan keagamaan segera berkembang di kerajaan-kerajaan Islam. Tema dan isi karya-karya itu Bering mirip antara satu dengan yang lain. Kerajaan-kerajaan itu telah merintisterwujudnya idiom kultural yang sama yaitu Islam. Hal inimenjadi pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin keras.
Sistem pengajaran bagi setiap umat Islam, sebagaimana dinegeri-negeri Muslim, adalah pengajian Alquran.Pada tahapawal lapal bacaan bahasa Arab (huruf-huruf hijaiyah), sesudahitu menghapal surat-surat pendek(Juz Amma) beserta tajwidnya yang diperlukan untuk shalat.[4]Pelajaran lebih lanjut berkenaan dengan persoalan-persoalan yang berkaitan denganhukum Islam (fiqih) dan tasawuf. Yang memberi pelajaranpada tahap awal disebutalim, sedangkan untuk pelajaranlebih lanjut diberikan oleh seorang ulama besar terutamayang pernah belajar ke Makkah.
Setelah seorang murid dikenalkan dengan beberapa bukupedoman yang bersifat elementer, pada tingkatan lebih lanjutsegera diajarkan buku-buku pegangan yang lebih besar. Buku-buku besar itu dibaca kalimat demi kalimat di bawah bimbingan guru- guru membaca satu-dua kalimat dalam bahasaArab, sesudah itu guru menerjemahkannya ke bahasa Melayuditirukan oleh murid-murid. Murid-murid yang rajin akhirnyamemeroleh kemahiran, sehingga mampu menerjemahkanbuku-buku bahasa Arab ke dalam bahasa Melayu.
Pendidikan islam mengalami kemajuan pesat setealah para ulama mengarang buku-buku pelajaran keislaman menggunakan bahasa melaayu, seperti karya Hamzah Fansuri, Nururddin al-Raniri, Abd. Rauf Singkel di Aceh.Demikian juga di Palembang dan Banjarmasin. Di Jawadengan bahasa Jawa atau Sunda. Hal ini terjadi setelahbanyak orang-orang Indonesia belajar ke negeri Arab danmenjadi ulama terkenal setelah kembali ke negeri asalnya.
Di Minangkabau lembaga pendidikan disebutsurau. Surau sebelum Islam datang berfungsi sebagai tempat menginapanak-anak bujang. Setelah Islam datangsurau dipergunakan tempat shalat, pengajaran, dan pengembangan Islam, seperti belajar membaca Alquran. Dengan kata lain,surau berfungsisemacam sebuah masjid berukuran kecil karena tidak digunakan untuk shalat Jumat.
Yang mula melakukan islamisasisurau adalah SyaikhBurhanuddin (1641-1691) setelah kembali menuntut ilmukeislaman kepada Abd. Rauf Singkel di Kutaraja Aceh.Burhanuddin kembali ke kampung halamannya di Ulakan Pariaman, mendirikansurau untuk mendidik kader-kaderulama yang akan melakukan pengembangan Islam selanjutnya di Minangkabau.[5]Surau inilah cikal bakal lembagapendidikan Islam yang lebih teratur di masa berikutnya.Murid-muridnya kemudian kembali ke tempat masing-masing,mendirikan surau-surau sambil melakukan perbaikan danpengembangan. [6]
Di Jawa lembaga pendidikan Islam disebut pesantren.sebagaimana di Aceh(dayah ataurangkang), di Minangkabau(surau), nama lembaga pendidikan pesantren tidakberasal dari tradisi Timur Tengah tetapi dari nama lembagasebelum Islam. "pesantren" berasal dari bahasa Tamilsantri yang berarti guru ngaji. Sementara itu C.C. Berg berpendapat bahwa "pesantren" berasal dari kata Indiashastri, berartiorang yang mengetahui buku-buku suci agama Hindu.[7]
Di Jawa sebelum Islam datang, pesantren sudah dikenalsebagai lembaga pendidikan agama Hindu. Setelah Islam masuk,nama itu menjadi nama lembaga pendidikan agama Islam.Lembaga pendidikan Islam ini didirikan oleh para penyiaragama Islam pertama yang aktif menjalankan dakwah. Mereka masuk ke daerah pedalaman Jawa berhasil mendirikanlembaga. Dari lembaga pendidikan inilah menyebar agamaIslam ke berbagai pelosok Jawa dan wilayah Indonesia bagianTimur. Oleh karena itu, di Jawa sudah ada lembaga pendidikansejak abad ke-15 dan ke-16.
Menurut sumber lokal, lembaga pendidikan Islam pertamadi Jawa adalah Pesantren Girl dan Pesantren Gresik di JawaTimur. Pesantren Gresik didirikan Maulana Malik Ibrahimyang mendidik mubalig-mubalig yang nantinya menyiarkan agama Islam ke seluruh Jawa. Sedangkan pesantren Girididirikan oleh Sunan Giri sekembalinya ia menuntut ilmukeislaman di Malaka. Sunan Giri I (Raden Paku) pada tahun1485 menetap di Giri sebagai kiai besar dengan gelar Prabu(Raja) Satmata. la membangun istana dan masjid sebagaisebuah kerajaan Islam, sehingga digelari raja-Mama. PrabuSatmata sebagai orang pertama yang membangun pusatpendidikan sekaligus pusat berkhalwat. Pesantren Girl inidikunjungi oleh santri-santri setempat, juga para penuntutilmu dari Maluku, terutama Hitu. Sekembalinya ke Malukumereka menjadi guru agama, khotib, modin, qadi, yangmenurut de Graaf mendapat upah dalam bentuk cengkeh.[8]
Terdapat juga pendidikan agama di Ampel-Surabaya-JawaTimur, dibangun oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel Denta).Berawal dari Giri dan Ampel, pada masa berikutnya semakinbanyak pusat-pusat pendidikan Islam di Jawa seperti Tembayat,Prawoto (Demak), dan Gunung Jati Cirebon. Sunan GunungJati (Syarif Hidayatullah), seperti Sunan Giri, diberi gelar RajaPandito Ratu sebagai raja sekaligus ahli agama yang menyebarkan Islam di Cirebon.[9]
Di kerajaan Islam Banjar Kalimantan Selatan, lembagapendidikan Islam pertama dikenal dengan namalanggar. Orang pertama yang mendirikanlanggar adalah SyaikhMuhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama Banjar yangpernah menuntut ilmu keislaman di Aceh dan Makkahselama beberapa tahun. Sekembalinya ke Banjarmasin, iamembuatlanggar yang didirikan di pinggiran ibukota kerajaan yang kemudian dikenal dengan nama Kampung DalamPagar.[10]Langgar di Banjar banyak kemiripannya dengan pesantren di Jawa.
Pada tahun 1476 di Bintoro dibentuk organisasiBayankare Islah (angkatan pelopor perbaikan) untuk mempergiat usaha pendidikan dan pengajaran Islam.[11]Dalamrencana pekerjaannya disebutkan sebagai berikut.
a.Tanah Jawa-Madura dibagi atas beberapa bagian untuklapangan pendidikan/pengajaran. Pimpinan pekerjaan ditiap-tiap bagian dikepalai oleh seorang wali dan seorangpembantu(badal).
b.Supaya mudah dipahami dan diterima masyarakat, didikandan ajaran Islam harus diberikan melalui jalan kebudayaan yang hidup dalam masyarakat, asal tidak menyalahihukum syara'.
c.Parawali/badal selain harus pandai ilmu agama sertamemelihara budi pekerti supaya menjadi surf tauladanbagi masyarakat.
d.Di Bintoro segera didirikan masjid Agung untuk menjadisumber ilmu, pusat kegiatan pendidikan dan pengajaranIslam.
Berdasarkan rencana itu, di tempat sentral suatu daerahdidirikan masjid, dipimpin oleh wali ataubadal untuk menjadi sumber pendidikan Islam yang sampai sekarang di beberapa tempat masih ada.
Wali suatu daerah diberi gelar Sunan ditambah namadaerahnya, misalnya Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang,sedangkanbadal gelarnya kiai ageng, misalnya Kiai AgungTarub, Kiai Agung Selo.
Kebijaksanaan wali-wali menyiarkan agama Islam denganmemasukkan unsur-unsur pendidikan dan pengajaranIslam dalam segala cabang kebudayaan sangat memuaskan, sehingga agama Islam tersebar ke seluruh Indonesia. Sayang, kita tidak menjumpai apakah kitab-kitab yang dipakaiwaktu itu serta bagaimana bentuk pengajarannya.
Kitab-kitab yang dipakai zaman Demak tidak ditemukan,yang ada kitab yang kini terkenal dengan namaUsul 6 Bis, yaitusebuah kitab tulisan tangan berisi enam Bismillah karanganulama Samarkand yang berisi tentang ilmu-ilmu Islam permulaan. Kitab lain adalahTafsirjalalain karangan SyaikhJalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Sayuti. Ada juga kitabPrhizboii dan Sulu,. Prinibon berisi wejangan wali sedangkanStilukberisi ajaran mistik.[12]
Kemudian pusat kerajaan pindah ke Mataram tahun 1586.Pada zaman Sultan Agung Mataram (1613), sesudah mempersatukan Jawa Tengah dengan Jawa Timur pada tahun 1630,Sultan Agung membangun negara, mempergiat pertanian danperdagangan. Atas kebijaksanaan Sultan Agung kebudayaanlama yang berdasarkan Indonesia asli dan Hindu disesuaikandengan agama dan kebudayaan Islam seperti:
a.Gerebeg disesuaikan dengan Hari Raya Idul Fitri danMaulid Nabi disebutGerebeg Poso danGerebeg Mulud
b.Gainelaii Sekaten yang dibunyikan padaGerebeg Mulud dipukul di halaman masjid Agung.
c.Tahun Caka (Hindu) yang berdasarkan perjalanan matahari dan tahun Hijriyah yang berdasarkan perjalanan bulan,pada tahun 1633 tahun Qaka yang telah menunjukkanangka 15550 Qaka tidak lagi ditambah dengan hitunganmatahari, tetapi dengan hitungan perjalanan bulan sesuaidengan tahun Hijriyah. Tahun yang barn disusun itudisebut tahun Jawa clan sampai sekarang tetap dipakai.
Untuk pelaksanaan pendidikan di suatu kabupaten dibagi menjadi beberapa bagian. Pelaksanaannya pada tiap-tiapbagian dipertanggungjawabkan kepada beberapa Ketib,dibantu oleh beberapa Modin. Naib dan pegawainya Berta Modin Desa adalah penyelenggara clan Naib sebagai kepalanya.
Pada suatu desa diadakan beberapa tempat pengajian Alquran, dimulai mengenal huruf Hijaiyah juzAmma, Alquran,pokok-pokok dasar ilmu agama Islam seperti ibadah, rukuniman, rukun Islam, dan sebagainya. Cara mengajarnya sistemhafalan. Jumlah tempat pengajian menurut banyaknyaModin di desa itu. Tiap anak laki-laki dan perempuan berumur tujuh tahunharus belajar. Kalau ibu bapaknya tidak sanggup mengajar harusmenyerahkan mereka kepada guru agama. Anak-anak yangtelah berumur tujuh tahun bila tidak mengaji akan menjadiolok-olokan. Selain untuk mengajar anak-anak, diadakan juga tempatpengajian Kitab bagi murid-murid yang telah tamat Alquran. Gurunya adalah Modin yang terpandai. Pelajaran yang mula-mula adalahUsul 6 Bis, kemudian matanTaqribi, clanBidayah al-Hidayah karangan Imam Ghazali.
Pada beberapa daerah kabupaten diadakan PesantrenBesar lengkap dengan pondok-pondoknya untuk melanjutkanpendidikan di Desa. Gurunya diberi gelar Kiai Sepuh atauKanjeng Kiai. Guru-guru itu adalah "Ulama Keraton", tingkatkeduclukannya sama dengan penghulu kabupaten. SedangkanKiai Anom adalah seperti Ketib masuk golongan priyayiulama kabupaten.
Kitab-kitab Pesantren Besar lalah kitab-kitab berbahasa Arab. Pada umumnya pelajaran berbentuksyarah atauhasyiyah dalam bermacam-macam cabang ilmu sepertifiqih, tafsir, hadis, ilmu kalam, tasawuf. Juga dialarkannahwu, sharaf, clan falak. Di samping itu diadakan Pesantren Keahlian(takhassus) yang mengajarkan satu cabangilmu. Begitu juga ada Perguruan Thariqat yang mengajarkansatu macam tarekat saja.
Biaya pesantren atau pendidikan Islam dari tingkat rendahsampai tingkat tinggi ditanggung oleh masyarakat Islam sendiri, seperti pungutan zakat, srakah (iuran nikah, wakaf), danpalagara (pembayaran suatu hajat penducluk desa).Sementara itu, Penghulu, Naib dan pegawal-pegawainya,Modin, Kiai Anom, Kiai Sepuh, mendapat penghasilan selaingall juga tanah sawah(lungguh). Pada masa Kerajaan Kartasura(± tahun 1700) ada beberapa pesantren besar dijadikanperdikan, yaltu diberikan tanah, sawah, dan tempat tinggalsebagai hak milik turun temurun yang dibebaskan dari kewajiban membayar pajak. Tanah itu disebut Tanah Mutihan.Namun sayang, tahun 1916-1917 semuaperdikan dihapuskanoleh Belanda dijadikan tanahgubernemen.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa penyebaran Islam di Indonesiabenar-benar mengedepankan aspek ketauhidan dengan mengalaborasikan dengan budaya yang berkemabng dimasyarakat, sehingga ajaran islam mudah dimengerti dan dipahami masyarakat dengan tanpa merusak aqidah pokok keislaman.
Ketauladanan para wali dan penyebar telah benar-benar berusaha mewujudkan keteladanan Nabi Muhammad SAW., tidak hanya sebagai ulama tapi juga pemimpin. Ciri kepemimpinan yang telah ditanamkan kepada umat adalah; Pemimpin Yang Dicintai, Dipercaya, Membimbing, Berkepribadian dan pemimpin Yang Abadi.
Dari ciri diataspun dapat kita ambil sebuah ketauladanan yang mulia untuk menjalankan misi manusia sebagai kholifah dimuka bumi ini. Tingkat keberhasilan sesorang sangat ditentukan pada seberapa tinggi kepemimpinannya. Tingkat kepemimpinan seseorang juga menentukan seberapa besar dan seberapa jauh tingkat pengaruhnya.
14
Penyebaran Islam pada masa kerajaan-kerajaan islam telah menjadi bukti sejarah bahwa penyebaran dan perkembangannya telah membawa peradaban baru pada masyarakat Indonesia. Peradaban ini pula yang melahirkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang diadopsi oleh berbagai lembaga pendidikan di Indonesia pada saat ini.
[1] Taufik Abdullah, Islam dan Masyarakat, Pantulan Sejarah Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1987) h. 110
[2] H. Abdullah Ishak, Islam di Nusantara ( Khususnya di Yanah Melayu), (Selangor: al-Rahmaniyah, 1990), h.166.
[3]Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya, 1985), h. 174
[4]C. Snouck Hurgronje, Aceh Di Mata Kolonialis, (Jakarta: Yayasan Soko Guru, 1985), h. 31